Philippe Sollers: Singularitas Terhadap Menulis

Salsa Bila Istifany 201802020092

Filsafat – B                                                                                                                            

 

Philippe Sollers: Singularitas Terhadap Menulis


 


Latar Belakang Philippe Sollers

            Philippe Sollers adalah seorang penulis dan kritikus Perancis yang lahir dengan nama Philippe Joyaux pada tanggal 28 November 1936 di Bourdeaux. Ia bersekolah di Ecole Sainte-Genvieve di Versailles, namun ia dikeluarkan karena masalah disiplin. Oleh sebab itu, ia terpaksa belajar sendiri dalam bidang sejarah sastra dan filsafat. Perlawanan kepada disiplin dan segala bentuk militerisme membuat Sollers berpura-pura menderita skizofrenia(gangguan mental) saat memasuki dinas militer dalam perang Aljazair pada tahun 1962. Namun, pada saat itu ia memenangkan hadiah sastra dari karya Le Defi (tantangan) yang terbit pada tahun 1957, dan kemudian dari karya Le Parc (taman) yang terbit pada tahun 1961. Pada tahun 1960 ia mendirikan jurnal avant garde Tel Quel yang berlangsung hingga tahun 1982. Pada tahun 1982 Sollers membuat jurnal L'Infini. Karya-karya pokok Sollers yang lain diantaranya yaitu: Drame, Nombres, Logiques, Lois, Paradis, Femme, Le Secret dan lain-lain.

Inti Pemikiran Philippe Sollers

            Philippe Sollers menggunakan biografinya untuk mengembangkan tulisan tentang tindakan menulis: tulisan analogis. Salah satu kendala dalam menangkap kekhususan proyek Sollers ini terkait dengan penekanan yang diberikan pada perubahan pribadi Sollers yang tampak spektakuler dan menantang, bukannya pada isi tulisan kritis, sastra, dan teoretisnya. Bagi Sollers, menulis itu analog dengan kekosongan. Meskipun penulisan tidak pernah sepenuhnya kabur, ini tidak berarti irama itu tidak ada. Oleh sebab itu, saat membahas novelnya yang ditulis dalam awal tahun 1970-an, yaitu Lois (Hukum), Sollers menunjukkan irama sepuluh suku kata dalam karyanya. Irama Lois itu bersifat tidak sadar.

            Sollers menekankan bahwa ia menulis mengikuti irama musik. Seperti Nietzsche dalam filsafat, Sollers berpendapat bahwa penulis yang benar-benar masuk dalam kepenulisan sebagai suatu mata pencarian adalah suatu “perkecualian”. Bagi Sollers “perkecualian adalah aturan dalam seni dan sastra” dan “perkecualian adalah kunci pokok dalam teori penulisan Sollers”. Penulisan jurnalistik, yang sering mewujudkan norma-norma penulisan yang sudah diterima secara sosial, dalam lingkungan sendiri merupakan bentuk penulisan yang sah; di sini muncul masalah bagi Sollers saat penulisan dalam pengertiannya yang penuh lalu disamakan dengan jurnalisme.

            Satu istilah bagi Sollers hampir sinonim dengan “perkecualian” adalah “singularitas”, pada tahun 1980-an, secara lebih mendalam melalui pengertian haecceitas menurut Duns-Scotus. Haecceitas adalah yang tidak bisa dipikirkan dalam konvensi atau norma sosial yang sudah ada, norma itu sendirilah yang harus dimodifikasi agar singularitas yaitu haecceitas bisa muncul. Meskipun “perkecualian” dan “singularitas” bisa dikatakan mengendalikan seluruh ekonomi upaya Sollers ini, ada satu prinsip yang mengendalikan tulisannya. Ini adalah inspirasi, yang pertama muncul dalam Drame dan Nombres, tentang “pencarian kecocokan setepat mungkin antara tindakan menulis dengan narasi; tindakan mengarahkan narasi, narasi mengisahkan tindakan”.

            Bahkan sesudah selesai diterbitkannya novel Paradis pada tahun 1981, yang menjadi pemikirannya masih berupa upaya menulis tentang penulisan yang diungkapkannya secara eksplisit. Maka dari itu, dalam novel Femme yang menandakan transisi ke suatu gaya yang lebih bersifat konvensional, narasi ini masih berupa narasi itu sendiri. Pada tahun 1992, Sollers menerbitkan sebuah novel berjudul Le Secret. Novel ini sebagian berinti pada hilangnya dokumen yang mengandung informasi rahasia tentang usaha pembunuhan. Saat dilakukan eksplorasi pada berbagai aspek rahasia ini, hal pokok yang diungkapkan oleh novel ini adalah bahwa perbedaan antara fiksi dan realitas segera menjadi hilang.

Sollers mengatakan bahwa jika kita sekarang ingin menulis novel, ini hanya mungkin dilakukan kalau kita berangkat dari fakta. Fakta adalah singularitas; mereka tidak bisa diramalkan, dan berada di luar kendali kesadaran kolektif. Prinsip yang diucapkan adalah “realitas itu lebih asing daripada fiksi”. Sollers mengklaim bahwa ia “tidak menemukan apa-apa”. Sollers berupaya membentuk perkecualian tidak melalui kekerasan imajinasi yang belum dijinakkan, tetapi melalui penghormatan pada realitas yang menurutnya sedang menghilang dengan cepat. 

Manfaat Pemikiran Philippe Sollers Bagi Studi Komunikasi

            Dalam pemikiran Sollers, yang bisa kita ambil dan kita terapkan dalam studi komunikasi yaitu mengenai semiotika dan struktualisme. Dalam berkomunikasi, kita tidak sekedar menghasilkan bunyi atau memproduksi kata, tetapi kita juga memproduksi tanda dan simbol. Tanda dan simbol sendiri sebenarnya memiliki struktur tertentu dalam berkomunikasi. Misalnya huruf, tanda lalu lintas, isyarat, dan lain-lain. Sollers berpendapat bahwa sesuatu terjadi diluar kendali kita, tetapi tidak luput juga dengan strukturnya sendiri. Bahwa ternyata bahasa yang kita gunakan dalam berkomunikasi adalah semiotika yang meyembunyikan struktualisme itu sendiri karena dalam berkomunikasi kita dapat menemukan beberapa macam cara.


Komentar